Saturday, December 28, 2013

Segelas Impian

Oleh : Satria Dwi Saputro
Ruang kamar kecil di kota metropolitan
hidup menerjang debu, rintik hujan, kendaraan, makian, setiap saban hari
senyuman dilangkahkan dengan celana keper menenteng tas dan pakai kemeja
setiap hari sepanjang hari pena dan buku dikinting kemanapun

sejenak istirahat bagian dari kelelahan duduk santai di warung yang usang
harga kopi paling murah, sedikit gula dan terasa pahit di tegukan pertama
isi gelas itu adalah segelas impian
yang sudah dicelengnya sejak kecil sejak ia dimengertikan untuk berusaha
pahit kelat kopi itu sudah jadi santapan lezat untuk dihabiskan
yang tak perlu diuraikan panjang-panjang lagi.

diperdengarkan seruan yang terdengar di perjalanan
azan dari sang muazin memanggil untuk solat menghadap Tuhan
ikut merapat dalam barisan saf yang tak berlobang dan tak ada celah
itu keteguhan yang tak bisa di ungkapkan lagi
setiap hari berjalan selalu ingat solat

luka, demam, dan rasa sakit hinggap meradang timbul tenggelam
yang menjadi pegangan untuk memilih diantara dua yang sulit
pulang atau terus maju
rehat sejenak dan beranjak lagi
meneguk gelas kopi pahit itu
itu yang ditampung impian pada gelas kopi tadi

0 komentar:

Post a Comment