Friday, April 11, 2014

Menumbuhkan Rasa Peduli Terhadap Lingkungan

Semua media di Indonesia sedang sibuk-sibuknya memberitakan bencana yang menimpa hampir semua daerah di Indonesia. Seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan erupsi gunung adalah berbagai jenis bencana yang melanda tempat-tempat diberbagai daerah di Indonesia. Kerugianpun bukan main-main menimpa masyarakat yang tertimpa bencana yaitu hilangnya rumah sebagai tempat berlindung, sawah dan ladang lenyap ditutupi oleh abu erupsi, harta benda hilang terbawa arus banjir. Tentunya semua mengerti bahwa bencana itu datang dari berbagai sebab dan alasan. Tapi salah satunya kelalaian manusia yang merusak lingkungan dapat jadi penyebab bencana itu muncul.

Laiknya banjir yang menimpa bebarapa daerah di provinsi Sumatera Utara pada bulan desember 2013 tahun lalu yang merugikan masyarakat karena merendam perumahan dan sawah ladang masyarakat. Beberapa daerah di Sumut yang terendam banjir seperti Medan, Tebing Tinggi, Labuhan Batu Utara, Asahan dan Langkat diakibatkan oleh meluapnya sungai-sungai yang ada di daerah tersebut. Dan faktor pendukung menjadikan sungai yang meluap cepat melahap perumahan warga ialah hilangnya pepohonan penyangga dan tumpatnya selokan sebagai aliran air oleh sampah. Disadari bahwa dengan hadirnya pepohonan penyangga yang ditanam di pinggiran sungai, tepian laut dan perbukitan dapat menjadi tameng selain tanggul untuk meresap air saat air hujan turun dalam kurun waktu yang lama.

Ini salah satu cara alternatif yang dirasa cukup ampuh untuk menahan luapan air saat musim hujan tiba dan pasang air laut tapi menipisnya jumlah hutan membuat debit air yang meluap dari sungai tak bisa diserap oleh hutan yang jumlahnya sangat sedikit. Sehingga akibatnya tanggul yang dibangunpun terkadang tak mampu menampung semua air yang dihantarkan oleh sungai. Dengan dibangunnya rasa kepedulian terhadap lingkungan hasilnya mungkin akan sebaliknya. Dimana jumlah hutan di tanah Sumatera Utara hanya tersisa 3,7 juta hektar saja yang jumlah tersebut setiap tahun akan terus menyusut dimana terjadinya pembalakan liar yang menebang pohon dalam jumlah yang besar tanpa melakukan reboisasi kembali. Alhasil yang siap dinanti oleh masyarakat yang tinggal di dekat bantaran sungai dan tepian perbukitan adalah bencana yang datang secara tiba-tiba karena hutan sebagai penyangga telah tiada.

Maka dari itu menimbulkan rasa peduli terhadap lingkungan dengan kembali menanam pohon dapat menyelamatkan lingkungan dari bencana yang datang. Rasa kepedulian untuk menyelamatkan hutan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti bergotong royong menanam bibit pohon, menjaga hutan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, atau ikut mengkampanyekan dalam berbagai cara untuk menjaga hutan tetap lestari.

Adapun selain gundulnya hutan yang menjadi salah satu penyebab mudahnya bencana seperti banjir dan tanah longsor menimpa pemukiman masyarakat, ada juga penyebab lain yang acap kali sudah sangat sering dibahas yaitu mengenai tumpukan sampah. Tingginya jumlah penduduk di perkotaan menyebabkan jumlah produk yang dikonsumsi juga tinggi dan penanganan limbahnya yang menjadi kendala. Keseringan dari masyarakat sangat mudahnya menjadikan selokan dan tepian sungai sebagai tempat sampah instan tanpa mau repot-repot membuang limbahnya di tempat sampah. Alhasil, ketika hujan deras turun di perkotaan menyebabkan selokan yang ada diperkotaan tumpat oleh sampah dan air tak dapat ditampung lagi oleh selokan sehingga menyebabkan banjir dan muncul beragam penyakit.

Seperti yang dilangsir oleh Harian Medan Bisnis pada 27 Mei 2013 bahwa kota Medan menghasilkan sampah per hari yakni 1700 ton dan itu jumlahnya meningkat dibanding waktu sebelumnya hanya sekitar 1300 ton sampah per hari. Sampah yang membeludak tersebut ada sebagian yang tidak terangkut oleh petugas pembersih sampah dan mengendap di selokan selama berahari-hari bahkan bertahun-tahun menyebabkan saat hujan turun sebagian daerah di kota Medan terendam oleh banjir. Dalam pandangan bersama hal seperti ini harus menjadi wacana untuk menyegarkan selokan dari sampah-sampah yang mengisi selokan di kota-kota besar seperti Medan. Karena lancarnya selokan dalam mengalirkan air maka kemungkinan daerah-daerah yang terendam air akan berkurang drastis.

Tetap menjadi solusi agar menjauhkan bencana untuk tak terjadi ialah dengan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan. Sampah yang menggentayang di selokan dan di tempat-tempat yang tidak semestinya ditempati oleh sampah menyadarkan kita untuk segera membersihkannya dari selokan ataupun paling tidak kita jangan ikut-ikutan membuang sampah di selokan ataupun di sungai. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh bencana akibat ulah tangah manusia sendiri tidak hanya dari sisi ekonomi saja tetapi juga memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

Oleh karena itu penulis mencoba mengajak para pembaca semuanya untuk menunjukkan rasa kepedulian terhadap lingkungan dengan berbagai cara yang itu berdampak langsung terhadap perbaikan lingkungan ke arah yang lebih baik. Sehingga apa yang disebut banjir dan tanah longsong tidak lagi menyerang masyarakat karena lingkungannya telah dijaga dan dirawat dengan bijak.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa IAIN-SU)

0 komentar:

Post a Comment