Friday, April 11, 2014

Ngasong dan Korupsi

Geliat korupsi yang sudah merambat kemana-kemana dan pelakunya pun yang telah terungkap jumlahnya tak kalah banyak dengan jumlah rupiah yang dicuri mereka sehingga menyebabkan kerugian yang harus ditanggung negara ini. Kerugian yang terjadi akibat korupsi berdampak serius terhadap kelambanan kemajuan negara ini dari segi perbaikan finansial masyarakatnya, mapannya pendidikan, dan kelayakan kerja yang belum dirasakan sama-sama. Masih ditemukannya disejumlah kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, dan lainnya orang-orang yang bekerja belum memiliki penghasilan yang cukup ataupun masih terdapat berpenghasilan masih dibawa gaji rata-rata yang ditentukan pada masing-masing provinsi.

Ya, pekerjaan yang masih banyak dilakoni oleh orang-orang Indonesia dengan pendapatan yang tidak menentu adalah berdagang asongan. Berdagang asongan adalah jenis pekerjaan yang laris manis digeluti oleh sebagian besar masyarakat ibu kota yang tidak punya pekerjaan tetap dengan gaji yang layak. orang-orang yang menggeluti berdagang asongan ini berjualan pada tempat-tempat yang ramai dikunjungi oleh orang-orang seperti gerbong kereta api, di jalan raya, halte bus, dan tempat-tempat lainnya. Dan produk-produk yang dijual pun hanya sebatas rokok, koran, mie instan, permen, tisu, nasik, cofee instans, dan produk lainnya yang harganya tak lebih dari Rp. 10.000. Menariknya sebagian kecil dari para pekerja yang berjualan asongan adalah anak-anak yang seharusnya duduk manis di bangku sekolahan untuk menimba ilmu bukan seharusnya berjemur diterik matahari dan bergumul di tengah sesaknya keramaian demi mencari sesuap nasi untuk hari ini.

Orang-orang yang bekerja sebagai pedagang asongan adalah orang-orang yang berstatus miskin dan perlu mendapatkan sokongan pelatihan kerja agar mampu mandiri membuka usaha nyata bukan seharusnya mengasong diperempatan lampu merah ataupun di kereta api. Himpitan ekonomi yang terus meningkat apalagi seringnya Indonesia mendapatkan serangan inflasi dari anjloknya nilai tukar rupiah terhadap asing yang catatan terbaru yang dilansir oleh metrotvnews.com bahwa pada tanggal 28 November 2013 mata uang Indonesia anjlok sampai Rp 12.000 terhadap dollar amerika. Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar sejatinya memukul pasar-pasar yang ada di Indonesia karena berbagai harga bahan pokok dapat naik yang menghantam kehidupan rakyat yang berpenghasilan minim. 

Biangnya Korupsi
Adalah jumlah pedagang asongan yang kian tahun terus meningkat di berbagai kota hal ini disebabkan ketidakmampuan untuk membuka usaha dengan layak karena keterbatasan keterampilan dan modal sehingga arti pemerintah diperlukan disini untuk memberdayakan pedagang asongan agar beralih profesi ke arah yang lebih baik. Korupsi yang menggeliat di berbagai lini pemerintahan menyebabkan kelambanan untuk memajukan berbagai lini penting menjadi terhambat sehingga harus mengorbankan rakyat kecil yang lintang pukang mencari pekerjaan apa saja untuk menafkahi hidupnya. Dari yang disuguhkan harian tribunnews.com pada juli 2013 bahwa hilangnya uang negara yang dicuri oleh koruptor sebanyak Rp 250 trilliun dan uang yang berhasil dikembalikan untuk kas negara hanya sebesar Rp 15,09 Trilliun atau sekitar 8 persen dari jumlah semuanya Rp. 250 Trilliun.

Besarnya jumlah uang yang dicuri oleh koruptor menjadikan rakyat yang semestinya bisa hidup layak dan sejahtera harus disuruh puasa dulu dan bersabar disebabkan keterbatasan uang untuk memberikan subsidi dalam bidang pendidikan dan ekonomi yang menjadikan jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta jiwa. Sebagian besar orang miskin tersebutlah hidup dalam keterbatasan ekonomi sehingga memaksa mereka harus bekerja sebagai pedagang asongan yang terkadang bentrok dengan aparat hukum yang ingin menertibkan para pedagang asongan. Dalam satu sisi keberadaan pedagang asongan memang mengganggu kelancaran aktivitas masyarakat di jalan raya, stasiun, dan bandara tapi dilihat dari sisi yang berbeda adanya pedagang asongan bukti mereka ingin berjuang untuk keluar dari jurang kemiskinan yang bisa mengubur mereka jika tidak bekerja.

Itulah yang menjadi pilihan masyarakat yang hidupnya tercatat oleh BPS sebagai masyarakat kelas miskin yang harus tetap bekerja demi mendapatkan seonggok rupiah yang tak terbilang jumlahnya. Tidak sebanding jumlah uang negara yang dikorupsi dan dikembalikan pada kas negara yang juga kadar hukuman yang diputuskan untuk terpidana korupsi pun masih banyak yang tidak membuat jera para pejabat lain untuk tidak korupsi dan adapula terpidana korupsi yang kabur keluar negeri dengan membawa uang curiannya.

Benarnya adalah korupsi yang menjamur di birokrasi pemerintah negara kita menjadi biang kerok ambruknya negara ini menjadi negara yang sulit mendapatkan kepercayaan dari luar negeri. Apalagi tersangka korupsi yang sering bermuculan di layar televisi dan koran kebanyakan adalah orang-orang penting di pemerintahan yang diamanahkan untuk mengurusi hajat hidup orang banyak agar bisa sejahtera. Adalah seperti gubernur, bupati, walikota, anggota DPR RI dan DPRD, ketua MK, Kepolisian, ketua SKK Migas dan institusi lainnya dicatat rapi sebagai terpina korupsi yang menguras uang rakyat dan membunuh rakyat secara perlahan-lahan. 

Lebih Baik Ngasong daripada Korupsi
Iya, jika ditanyakan pada hati nurani masing-masing mana lebih baik bekerja sebagai pengasong atau duduk dipemerintahan tapi korupsi. Jawabannya jika dipakai hati nurani yang paling dalam tentunya adalah berdagang asongan. Terhormat mereka yang tercatat dalam catatan BPS sebagai orang miskin tapi masih mau bekerja keras sebagai pedagang asongan yang menjual barang-barang kepada para masyarakat umum dengan harga yang murah dan keuntungan alakadarnya. Terhormat mereka tak sampai menjadi peminta-minta di jalanan dan tak menjadi pencuri uang rakyat tapi masih berkeinginan merubah hidupnya keluar dari lubang kemiskinan dengan berdagang asongan dalam keterbatasan modal untuk membuka usaha yang lebih layak.

Dibanyak media di Indonesia tampak pedagang asongan yang jumlahnya tak terhitung lagi di berbagai provinsi dan kota sering bertengkar dan kejar-kejaran dengan aparat hukum yang melakukan razia terhadap pedagang asongan. Tentunya kita melihat ini merasa sedih karena seharusnya yang ditangkap oleh aparat hukum adalah koruptor dan bukan malah pedagang asongan. Yang diharapkan adalah penyuluhan dan aturan yang bijak agar mengarahkan para pedagang asongan ini berdagang pada koridornya sehingga para aparat hukum tidak harus turun tangan menangkapi mereka yang tidak punya usaha lagi selain mengasong.

Mencari rezeki yang halal adalah sebaiknya tujuan hidup kita karena rezeki halal yang didapatkan dan dimakan oleh diri sendiri dan orang yang diberi akan mendatangkan keberkahan dari pada dapat uang banyak tapi korupsi sehingga harus mendapat dua hukuman yakni penjara di dunia dan azab di akhirat kelak. Tentunya inilah yang menjadi perbandingan dari para pedagang asongan yang mencari rezeki yang halal dengan keuntungan yang tidak seberapa tapi mereka tampak masih bisa tersenyum dan tertawa lepas dari capainya bekerja seharian penuh. Dan inilah yang tentunya menjadi pelajaran kita bersama bahwa berdagang asongan dengan penghasilan rendah jauh lebih berkah dari pada harus korupsi untuk memenuhi nafsu semata.

Masalah pedagang asongan yang dirazia guna untuk memberantas mereka tentu tidak akan pernah habis karena keberadaan mereka akibat dari kemiskinan yang diderita sebab itulah ngasong sebagai pilihan hidup dari pada korupsi. Masih gemarnya yang korupsi adalah semakin memperparah meningkatnya jumlah orang miskin dan mengikis jumlah orang yang sejahtera karena uang yang dikorupsi yang sejatinya diperuntuhkan bagi kemakmuran rakyat sudah habis dan yang ingin dimakmurkan tidak mendapatkan apa-apa lagi. Jadi, saran penulis bahwa artikel ini mengajak kita bersama agar tak sampai jadi koruptor karena kerugian yang timbul bukan hanya pada diri sendiri saja tapi juga pada orang lain yang salah satunya meningkatnya jumlah pengasong di Indonesia.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN SU dan anggota Universal Islamic Economic (UIE) IAIN SU)

0 komentar:

Post a Comment