Monday, May 12, 2014

Pentingkah Pendidikan?

“Pentingkah Pendidikan?” sebuah judul yang diajukan penulis dalam artikel ini untuk menimbulkan pertanyaan dalam retorika pendidikan yang sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia. Mengingat dari pada itu adalah penting untuk mengatahui tokoh bapak pendidikan Indonesia ialah Ki Hadjar Dewantara yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Mengingat usaha, kerja keras, membangkitkan semangat pembangungan pendidikan yang ditutup oleh orang-orang kolonial bagi beberapa strata kasta masyarakat Indonesia. Dalam hal ini perkembangan pendidikan yang begitu maju seperti sekarang menjadikan kesatuan visi bagi semua pihak memahami pendidikan yang fungsinnya untuk apa pula.

Indonesia menuliskan kemerdekaannya dicatatan sejarah cukuplah panjang sudah sejak tahun 1945 sampai kepada sekarang yang menghasilkan banyak sudah kebaikan dan keburukan dari kepemimpinan pemimpin untuk mewujudkan cita-cita bangsa dalam pendidikan yang merdeka dinikmati setiap masyarakat Indonesia. Menilik keluar sedikit dari Indonesia yakni luar negeri telah terpapar gambaran kemajuan dari berbagai aspek yang dienyam masyarakatnya apalagi kalau bukan pendidikan. Kemajuan yang dicapai demikian hebatnya melahirkan banyak generasi muda yang berkopeten menata kehidupan negara yang semakin menghasilkan eksistensi di mata dunia luar. Dan dari pada itu tercapainya dari cita-cita pendidikan menyuguhkan kesegeran kreativitas masyarakat untuk memecahkan problema di kehidupan sehari-hari. Dan negara hadir untuk mereka dikebanyakan di negara luar seperi Singapura, Malaysia, AS, Jerman, Inggris dan banyak lagi.

Dinukilkan juga bahwa agama Islam menyuruh setiap ummatnya untuk mengenyam pendidikan dari dalam kandungan sampai akhir hayatnya yang itu termaktub dalam sabda Nabi Muhammad Saw. Agama yang menjadi pembimbing setiap ummat manusia dalam melakukan tindakan semasa hidupnya telah menata tingkah pola manusia untuk bisa belajar dan belajar dalam menghabiskan hidup untuk pendidikan sebagai penyalur antara pemikiran dengan tindakan untuk tindakan yang benar menurut agama dan menjadi penyeimbang antara dunia dan akhirat.

Pendidikan...
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa bapak pendidikan Indonesia yakni  Ki Hajar Dewantara yang menjabat sebagai menteri pendidikan telah berjuang untuk membangun Indonesia dari segi SDM dengan menata pendidikan menjadi lebih baik dari pada sebelumnya diera kolonial yang terjadi pengekangan untuk dapat pendidikan hingga banyak melahirkan generasi muda yang siap menghimpun semangat atas negara dengan masyarakat yang cerdas. Dicari tokoh lain juga yakni R.A. Kartini yang berjuang bagi pendidikan bagi kaum wanita yang ketika dijamannya sangatlah memprihatinkan nasib perempuan yang terbelenggu dengan adat istiadat yang membelenggu setiap perempuan untuk bisa menikmati pendidikan, perjuangan beliau dengan bukunya yang Habis Gelap Terbitlah Terang menghadirkan era baru bagi wanita untuk bebas terhadap langkah emansipasi pendidikan yang setara dengan kaum adam dengan mendidik langsung dan akhirnya dapat berkembang.

Tercantum pengertian pendidikan yang dikutip penulis dari website sarjanaku.com yang juga mengutip dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Sehingga dari pengertian itu dipahami bahwa hadirnya pendidikan bagi masyarakat dapat seharusnya mengarahkan menjadi suatu kedewasaan atas perubahan dari sebelumnya ketika belum menerima pendidikan.

Termaktub di dalam UUD 1945 pada pasal 31 ayat 1 dijelaskan bahwa ‘setiap warga negera berhak mendapatkan pendidikan’. Dilanjutkan juga di ayat 2 pada pasal yang sama ditandaskan juga bahwa ‘Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’. Bahwa dari dua ayat tersebut pada pasal 31 di berikan asumsi untuk diketahui bersama mengenai pendidikan yang begitu pentingnya untuk di dapatkan setiap warga negara dan menjadi peran negara untuk mewujudkan tercapainya itu semua.

Alangkah sedih bila dipandang sekarang dari kemajuan IPTEK yang sudah menembus batas negara sehingga jalur informasi yang seharusnya di asumsi masyarakat itu luas untuk menambah ilmu pengetahuan dalam kemashlahatan, tetapi melihat banyaknya anak-anak yang putus sekolah yang semestinya  masih duduk di bangku sekolah. Dan perhatian serius melihat jumlah masyarakt miskin di Indonesia pada tahun 2012 tercatat mencapai 29,13 juta yang menjadi salah satu terhambatnya roda penyelenggaraan pendidikan yang seyogyinya menjadi asupan semua rakyat Indonesia baik kaya ataupun miskin.

Seperti diatas yang penulis merujuk dari contoh kemajuan yang telah dicapai negara menjadikan kesejahteraan masyarakat terangkat dari ketertindasan. Seperti kembali dilihat di negeri sendiri, maraknya anak-anak yang putus sekolah bahkan tidak pernah menerima pendidikan secara formal yang salah disebabkan kemiskin adalah mengharuskan mereka lebih berjemur di tengah terik matahari di jalanan lampu merah baik dengan melakoni pekerjaan yang halal maupun melakukan tindakan yang melanggar hukum untuk sebuah selembaran rupiah bagi perut yang menunggu.

Dan bahwa pendidikan yang diterima seharusnya menjadikan sikap dan prilaku yang diperbuat manusia adalah bermartabat dengan menjunjung nilai-nilai agama, nilai integritas bangsa, dan ikut serta menyemarakkan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesi yang lain untuk dapat tercapainya cita-cita bangsa ketika didengungkannya proklamasi kemerdekaan.

Dewasa ini cukup banyak pembangunan yang sebagian telah tercapai di banyak daerah dengan hadirnya sekolah-sekolah negeri yang menjamur, dipasangi dengan infrastruktur penunjang belajar mengajar, dan lahirnya banyak guru yang sedia untuk pembangunan bangsa dari segi penanaman pendidikan bagi murid-muridnya. Tetapi hal tersebut juga ternyata tidak serasi dengan kenyataan yang sering dipertontonkan di televisi. Jembatan yang rubuh di daerah pedalaman seperti tertutup mata aparatur pemerintahan setempat dan pusat mengharuskan banyak anak-anak sekolah menyeberanginya dengan nyawa yang sudah digantungkan dijembatan tersebut. Alangkah sedihnya demikian jika tidak lekas diperbaiki untuk memperlancar jalur transportasi yang dibutuhkan anak-anak sekolah dalam impian yang sudah dibangun besar. Media-media internasional menyorot hal  yang demikian sebagai bukti pemerintah membalikkan wajah terhadap dunia pendidikan yang semestinya pondasi negara dapat berdiri di alun-alun bumi.

Disambung dengan akhlak yang dimiliki pejabat publik baik di anggota dewan sampai menteri yang memberikan contoh negatif terhadap perkembangan informasi untuk didikan positif kepada masyaraktnya. Hadirnya korupsi hambalang, PON Riau, impor daging sapi, hilangnya uang pajak negara itu sebagian kecil dari akhlak pejabat publik terhadap ambruknya pendidikan untuk binaan keseriusan bahwa pendidikan yang bisa diwujudkan dpat memperbaiki pola pikir salah dari aparatur negara.

Jikalau tercapainya pendidikan sesuai isi dari pasal 31 UUD 1945 ayat 1 dan 2 mesti dipikirkan bersama bahwa hal yang bisa dicapai bersama adalah kesejahteraan ekonomi yang dinikmati masyarakat, teratasinya krisis ekonomi, pangan, listrik dan lainnya, adanya junjungan tinggi terhadap nilai-nilai agama yang tertulis di pancasila, maraknya pembangunan IPTEK dan terutama akhlak menjadi perbaikan serius yang tercapai nantinya. Harapan-harapan yang tinggi bagi setiap anak bangsa ketika mengetahui betapa pentingnya pendidikan itu dapat dilihat dari putra-putri bangsa yang memenangkan olimpiade science dalam berbagai bidang keilmuan dan ketika dulu bagaimana Indonesia sempat menorehkan tinta sejarah dimana berhasilnya melakukan peluncuran pesawat pertama buatan Indonesia yang digawangi langsung oleh BJ Habibie, adalah bukti torehan serius dari apiknya pendidikan untuk dienyam setiap warga negara.

Banyak tokoh-tokoh bangsa menjadi tiruan pasti bagi semua putra-putri bangsa di abad sekarang dan nanti diantaranya Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, RA Kartini, BJ Habibie dan tokoh-tokoh lainnya bahwa keseriusan bukti pendidikan dijalankan langsung bagi pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk Indonesia dapat jaya seperti negara-negara lain. Bahwa tidak dipertanyakan pendidikan itu penting atau tidak tetapi harus menjadi kewajiban setiap warga negara untuk mendapat pendidik dalam cita-cita bangsa yang termaktub di dalam UUD 1945 dan Pancasila.

Seperti penulis mengutip ucapan Ippho Santosa yang mengatakan : “untuk mendorong gerobak cukup hanya menggunakan tenaga tetapi untuk mengendarai helikopter harus dengan pendidikan”.

Oleh: Satria Dwi Saputro

0 komentar:

Post a Comment