Wednesday, November 8, 2017

Kumpulan Puisi XXIV

Rusaknya Alam
Alam kini tak lagi indah seperti saat dahulu kala
Ketika dihuni oleh hutan yang tak terkira jumlah dan satwa yang menari ria
Akan tetapi alam yang mulai diganggu oleh tangan jahil
Menumbuhkan tetesan api yang menghanguskan alam hingga tak tersisa
Juga dibubuhi oleh tebangan pohon dan pemburuan pada satwa
Menjadikan alam tampak tandus yang bertumbuhkan pasir gersang
Apalah daya alam yang tak bisa melawan apalagi harus menggugat
Sehingga yang berpikirlah dapat mengerti untuk membelanya
Agar kembali indah seperti sedia kala ia tumbuh.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016. 


Banjir dan Longsor
Ratusan rumah yang dihuni puluhan ribu orang habis terendam air
Air yang berubah menjadi banjir meluap dari sungai yang kandas oleh sampah.
Mewabah hingga menghancurkan rumah dan yang dilewatinya tanpa permisi
Sampai tanah pun tak lagi bisa menahan kuatnya air yang menerjang itu
Hingga membuat tanah itu hancur dan mengubur yang di bawahnya
Menjadikan nyawa-nyawa yang tidak mengerti pun ikut hanyut entah kemana
Karena disasar air banjir dan tanah yang longsor.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016. 


Menyambung Jembatan Rusak
Dalam kumpulan orang-orang yang jauh dari perkotaan
Saling terputus oleh sungai yang tampak seperti jurang tiada ujung
Menyulitkan menyeberang karena jembatan penyampung telah rusak
Rusak digerus zaman yang lupa untuk merawatnya agar abadi
Yang melewati jembatan rusak itu pun tertatih-tatih takut melihat dalamnya sungai
Dan akhirnya jembatan itu disampung dengan swadaya seadanya
Karena tidak ada yang peduli pada jembatan rusak dan usang itu.
Walaupun jembatan itu bisa menyambung pendidikan dan hidup bagi kumpulan orang-orang itu.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.


Meratap Pilu
Dengan penuh kesedihan yang tak terkira sakitnya
Ia hanya mampu untuk meratap pada langit yang diwarnai hitam pekat
Melantunkan doa-doa yang hampir sebenarnya menyerupai sumpah
Meminta agar tak lagi ia dikhianati oleh janji-janji yang menjunjung langit
Dengan harapan yang didambakannya dipenuhi kebahagiaan
Melalui janji yang apa adanya disampaikan oleh hati yang tulus
Tanpa memiliki maksud untuk mengkhianati kepada yang menerima janji
Hingga tak perlu ada lagi yang meratap pilu berurai air mata.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016. 


Satwa yang Malang
Selalu diburu sampai rumahnya pun ikut dibakar
Betapa malangnya nasib satwa liar ini sekarang
Tak lagi ada gunanya julukan raja rimba ataupun hutan
Semuanya berlari ketakutan meninggalkan tempat hidupnya
Dari kejaran yang sedang mengokang senapan dan tombak
Untuk menangkapi satwa liar itu apapun jenisnya
Guna diperdagangkan mengeyangkan perut
Dengan nafsu yang membinasakan satwa liar.


Beranda Sanggar Pelangi, 2016. 


Kelaparan
Gemetar kaki dan tangan
Tak lagi kuat menopang tubuh untuk tetap terus berjalan
Menyusuri tempat-tempat yang mungkin terdapat makanan
Untuk mengganjal perut yang hanya diisi angin
Tapi apalah daya tak jua ada yang bisa dikunyah
Walaupun hanya sekedar bau sedap saja
Supaya lapar ini tak sampai menyudahi hidup yang masih panjang
Mesti dijalani lagi.


Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

0 komentar:

Post a Comment