Sunday, April 29, 2018

Opior Jawa, Si Burung Mungil Endemik yang Bersuara Merdu

Kenalkah dengan burung Opior Jawa? Tentunya sebagian besar dari para pembaca sekalian sudah mengenal ataupun bahkan sedang memeliharanya. Ya, burung Opior Jawa tergolong burung endemik yang tidak hanya dikenal memiliki ukuran tubuh mungil tapi suaranya terdengar merdu dan nyaring. Kemerduan suara burung Opior Jawa juga sebenarnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penghobies yang memelihara. Sebab walaupun tidak pernah diikutkan dalam perlombaan tapi kicauannya dapat dipakai untuk memaster burung ocehan lainnya. Karenanya, pada tulisan ini coba mengulik lebih jauh lagi agar kita semakin mengenal burung Opior Jawa.

Burung Opior Jawa termasuk dalam keluarga Zosteropidae yang masih berhubungan dekat dengan spesies burung Kacamata atau Pleci. Penyebaran burung Opior Jawa tidak hanya terdapat di Pulau Jawa tapi juga dijumpai di Pulau Bali. Area Pulau Jawa yang menjadi habitatnya tersebar merata mulai dari bagian barat, tengah, dan timur. Walaupun penyebarannya tidak terlalu luas ke berbagai daerah di Indonesia tapi orang-orang sudah umum mengenalnya dengan berbagai nama baik itu Pleci Pupur, Pleci Kapur, Cucak Gentong, Piyer, Menyok, Cieuy,  dan Robin Jawa. Hanya saja, popularitas burung Opior Jawa masih tertinggal dibandingkan jenis burung Kacamata yang tidak hanya dijadikan burung peliharaan tapi juga diikutkan dalam perlombaan.
Burung Opior Jawa
Sewaktu hidup di alam liar biasanya burung Opior Jawa menempati area perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian sekitar 1500 meter dpl. Nama-nama area pegunungan di Pulau Jawa yang ditinggalinya tergolong cukup beragam mulai dari Gunung Karang, Gunung Salak, Gunung Gede-Pangrango, dan Gunung Ijen. Saat mencari makanan seringnya bergerak secara berkelompok dan juga berbaur bersama kelompok lain. Jenis makanan yang dicarinya berupa buah-buahan kecil dan nektar bunga.
Baca juga:
Sedangkan ukuran tubuh burung yang bernama latin Lophozosterops javanicus ini tergolong kecil yang panjangnya hanya sekitar 13 cm saja. Dan ciri fisiknya yang lain dapat dibaca ulasannya di bawah ini:
  1. Tampak berwarna abu-abu kehitaman terlihat dibagian mahkota kepala, tengkuk, dan ujung sayapnya. 
  2. Warna putih keabu-abuan terlihat hanya dibagian depan wajah, tenggorokan, dan pangkal dadanya saja.
  3. Warna hijau zaitun agak kusam terdapat dibagian punggung, sayap, dan ekornya.
  4. Warna kuning zaitun tampak dibagian dada, perut, hingga area tunggirnya.
  5. Paruhnya yang berwarna hitam berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  6. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan terlihat berukuran sedang.
  7. Lalu kakinya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.
Walaupun orang-orang masih lebih tertarik memelihara burung Kacamata dibandingkan burung Opior Jawa tapi suara kicauannya juga terdengar lumayan merdu dan nyaring. Suaranya yang nyaring dibunyikan dengan volume yang agak tinggi sehingga terdengar cukup melengking. Tempo kicauannya juga tergolong cukup rapat atau cepat yang berupa suara crecetan. Nada kicauan yang dibunyikannya berupa: "Chi...i..wiittt” dan “tirr...tirrr” dengan durasi yang cukup lama hingga mencapai satu menitan.

Nah, itulah penjelasan yang terkait dengan burung Opior Jawa yang ternyata masih satu keluarga dengan burung Kacamata. Untuk itu dengan dituliskannya artikel ini semoga dapat menambah wawasan kita tentang ragam jenis burung endemik di Indonesia. Hanya saja memang agar kelestarian burung Opior Jawa tetap terjaga maka ada baiknya membelinya dari hasil budidaya bukan tangkapan hutan. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2011/11/30/opior-jawa/
2. https://www.hbw.com/species/javan-grey-throated-white-eye-heleia-javanica#Descriptive_notes
3. https://omkicau.com/2013/06/22/opior-jawa-harga-murah-suara-meriah/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Javan_Grey-throated_White-eye_-_Ijen_-_East_Java_MG_7910_(29726871221).jpg

0 komentar:

Post a Comment